Sepertinya saya sudah mulai berada lagi di titik jenuh dalam pekerjaan yang saya jalani sekarang ini.Apalagi dengan kemacetan luar biasa saat pergi dan pulang dari kantor.Sebagai emak-emak yang masih punya anak SD, rasanya kepingin banget bisa lebih punya waktu dan tenaga untuk bisa dekat dengan anak-anak.Saya ingin bisa meluangkan waktu untuk membantu mereka belajar kalau malam hari, bukan sisa tenaga setelah lelah di perjalanan pulang kantor.
Biasanya emosi tinggi, apabila kita sudah merasa lelah, bawaannya pingin rebahan sebentar, sudah umur diatas 40 nih, rasanya pinggang gampang banget encoknya..hehehe.
Ide untuk mencoba menjadi profesi penerjemah datang ketika saya sedang ngobrol dengan tetangga yang kebetulan kantornya dekat dengan kantor saya, jadi saya sering nebeng beliau.Tetangga saya cerita, ada temannya yang buka usaha translation, dan sekarang juga masih kursus di Atmadjaya.Waaah.. seru juga ya kayaknya bisa jadi penerjemah, apalagi di kantor saya, yang saya tahu untuk mencari penerjemah kadang agak sulit, kadang tidak sesuai jadwalnya, harga yang kemahalan, atau tidak bisa untuk long term period.
Mempunyai profesi sebagai penerjemah, bisa saya lakukan di rumah tanpa harus pergi setiap pagi ke kantor, bermacet-macetan, atau buru-buru meninggalkan anak yang kadang masih tertidur pulas.
Saya kontak ke pusat belajar bahasa di Universitas Atmadjaya, dan kebetulan sekali, kursus dimulai minggu depan ( saat itu bulan Mei), saya langsung daftar dan bayar uang kursusnya melalui transfer.
Pokoknya semangat banget deh….dan ngga terasa, 8 kali pertemuan, sudah selesai.Instrukturnya, yaitu Bu Rita, sudah pengalaman, dan baik sekali beliau mau berbagi tips-tips untuk persiapan menjadi penerjemah.Di sela-sela kursus, beliau sering bercerita saat beliau bekerja dan bertemu dengan bapak/ibu Menteri atau pernah juga saat Konferensi Asia Afrika beberapa waktu yang lalu.
Saat kursus, kami diberikan latihan untuk bisa menerjemahkan langsung, dan catatan dari beliau, kita tidak harus setia terhadap kata-kata, lain masalahnya apabila kita menerjemahkan ke dalam bentuk tulisan, maka kata-kata memang amat diperhatikan.Sedangkan untuk Interpreter konsekutif, ataupun simultan, kata-kata pembicara, kita masukan ke dalam otak kita, lalu kita keluarkan lagi dalam satu kalimat yang mudah dimengerti dan disimpulkan, bukan menerjemahkan satu kata per kata.
PR buat saya dari ibu Rita, saya harus belajar grammar lagi, banyak baca buku atau menonton film dalam bahasa Inggris, latihan untuk menerjemahkan setiap hari, bisa lihat dari youtube, lalu kita terjemahkan, bisa kita rekam sendiri ocehan kita, lalu kita dengarkan kembali, dan kita bisa tahu intonasi, dan kecepatan kita dalam menerjemahkan.
Sebagai penerjemah, tugas kita adalah menerjemahkan, dan jangan sekali-kali kita ambil bagian dan ikut campur apabila kita memang mengetahui topik yang sedang dibahas, karena sekali lagi, fungsi kita, dihire sebagai petugas alih bahasa,bukan sebagai peserta seminar atau diskusi.
Karena saya pernah dengar dan dapat masukan dari ibu Rita, ada beberapa teman penerjemah beliau, yang senang tampil, dan membuat si klien agak terganggu.
Dan, ini kejadian nyata, ada penerjemah yang sampai pada tahap, “not recommended” by kantor saya, karena ya itu tadi, sering sok akrab dan ikut campur selama meeting dengan klien/konsultan.
Dalam bekerja, kita juga harus menyesuaikan dengan klien kita, karena pernah waktu itu, ibu Rita diminta menjadi penerjemah untuk aktivis perempuan, dan jangan sampai kita memakai baju yang heboh, sedangkan si para aktivis memakai lipstikpun tidak.Berusahalah menempatkan diri bukan sebagai center of attention, tetapi adalah orang kedua setelah pembicara.Sebagus apapun hasil terjemahan kita, tetap saja, pembicaranya yang lebih hebat.
Di session terakhir, kami berlatih untuk menggunakan alat simultan, karena ini baru pertama kali buat saya, padahal ini cuma latihan, tetap saja, perut saya mules, dan mulut sepertinya susah banget diajak kompromi, suara apa kabarnya??? “suaaaraaaa dengarkanlah aku..”, disaat waktu giliran saya menerjemahkan, otak saya langsung blank, suara ngga keluar, dan ngga bisa konek antara isi otak dan ucapan.. aaahhhhhgg..
Bu Rita sih ngasih semangat, kata beliau,” jangankan kamu yang belum pernah, sayapun tiap mau bekerja, selalu ada rasa deg-degan dan there’s butterfly on my tummy.
Setiap orang, berbeda-beda tingkat kecepatannya dalam belajar, ada yang ngga sampai setahun udah bisa jadi penerjemah, ada yang sampai 3 tahun, pokoknya yakin saja, bakat itu nomor kesekian, yang utama adalah mau belajar dan berlatih.
Ayoo ah semangat-semangat….sampai kapanpun kita tidak akan berhenti untuk selalu belajar, dan bidang penerjemah justru dituntut untuk terus belajar agar kita bisa menambah perbendaharaan kata-kata yang kita tidak tahu dan kata-kata yang baru diadaptasi.
Ini beberapa link penerjemah yang saya dapat dari milis Bahtera, bisa dibaca-baca sebagai bahan belajar.
http://dinabegum.com/2013/06/27/order-terjemahan/
http://www.rinurbad.com/proofreader/
http://lamfaro.com/2014/12/01/wordfast-classic-untuk-menerjemahkan-novel/
http://mradhi.com/pendapatan-300-juta-setahun-dari-menerjemahkan-saja/
Happy translating!
Note: gambar diambil dari berbagai sumber di internet
Semoga sukses, ya Anita.
Sedikit tip dariku, bertemanlah dengan sesama penerjemah, bergabung dengan Himpunan Penerjemah Indonesia. Kadang-kadang kita menghadapi situasi yang baru bagi kita tapi ternyata “lagu lama” bagi penerjemah senior. Kita bisa banyak belajar dari pengalaman orang. Ikut sertalah dalam diskusi dan menyumbangkan keahlian niscaya pada saat kita membutuhkan sumbang saran, banyak yang dengan senang hati memberikannya.
iya mbak Dina, aku sudah daftar jadi member pemula HPI, tapi belum dapat nomor anggota, belum diinfo juga untuk transfer uang pendaftarannya, aku daftar dari bulan Juni, memang lama gitu ya mbak?
Makasih tipnya ya, bermanfaat banget.. semoga aku ga patah semangat…hehehe…musuh besar aku yaitu,”malas”
Mengenai proses pendaftaran keanggotaan, mungkin tulisan ini sedikit membantu:
dinabegum.com/2013/05/10/dapur-himpunan-penerjemah-indonesia/
makasih mak Dina, aku coba baca dulu linknya ya
Subhanallah…allhamdulillah. sebenarnya ini impian saya mak. Cuma bingung mau mulai darimana, tapi abis baca tulisan mak. Duh bersyukur deh, insya allah memang harus belajar dari tempat yang sesuai ya mak. Terima kasih banyak ya mak sharenya. Dan link tambahannya. Bermanfaat untuk saya 🙂
Salam kenal ya mak
#KEB
Alhamdulilah kalau bisa bermanfaat ya mak Alena, salam kenal kembali
Terima kasih ya, Mbak Anita, sudah menyebutkan tautan blog saya di sini. Semoga sukses selalu karier penerjemahannya :).
sama-sama pak Nursalam, mohon maaf ya kursus onlinenya, saya ngga selesaikan.. ngga sempat dan susah..hehehe
kemana kalau mau daftar jadi penerjemaah pak?
salam mediablog4you
Ada di Univ.Atmadjaya di Sudirman dan di UI, Salemba untuk kursusnya