Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘kota agung’

English: Emblem of Kabupaten Rejang Lebong in ...

English: Emblem of Kabupaten Rejang Lebong in Bengkulu province, Indonesia. (Photo credit: Wikipedia)

Saya terlahir dari orang tua yang keturunan dari suku rejang dan ber bahasa Rejang, dan mereka lahir di desa Kota Agung, Lais, Bangkulu Utara. Dari kecil saya sudah terbiasa dengan bahasa orang tua saya,mereka selalu berkomunikasi menggunakan bahasa daerah mereka yaitu bahasa Rejang Lebong. Saya mengerti apa yang mereka ucapkan tetapi untuk berbicara agak tersendat-sendat karena saya tidak dibiasakan untuk berdialog dengan bahasa Rejang oleh orang tua saya. Dan saya amat menyayangkan hal tersebut, kalau saja ibu dan ayah saya membiasakan berdialog dengan anak-anaknya juga menggunakan bahasa Rejang, pastilah sekarang saya mempunyai keahlian berbahasa daerah asli dari suku Rejang, dan saya amat bangga pastinya.

Kosa kata yang biasa saya dengar yaitu, ” lak muk mei, coa? ‘ artinya,” mau makan apa tidak?” ( benar apa tidak ya tulisannya?) nanti coba cek di kamus yang baru saya beli minggu lalu pas acara halal bihal Jang Pat Ptulai di Senayan.

saya kutip dari cuplikan buku/naskah oleh penyusun bp.Zulman Hasan, tentang sejarah Suku Rejang.

Suku Rejang adalah salah satu suku bangsa tertua di Sumatera, yang mempunyai garis keturunan yang jelas, mempunyai daerah dan wilayah tempat tinggal yang diakui etnisnya, memiliki adat istiadat dan tata cara yang tinggi diantara ratusan suku bangsa yang ada di bumi nusantara ini.Hampir semua dari unsur-unsur budaya telah dimiliki oleh suku Rejang, seperti: Sejarah,Bahasa, Aksara, Sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem religi dan kesenian.

Suku Rejang mendiami sebagian besar wilayah provinsi Bengkulu, yaitu masyarakat yang tinggal dan mendiami daerah Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, masyrakat yang tinggal dan menetap di daerah Tebing Tinggi dan Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Mengenai suku Rejang sebenarnya telah banyak kita ketahui dari buku-buku karangan ilmuwan Inggris: Williem Marsden, Prof.M.A. Japan, dari ilmuwan Prancis: Prof.Victor T.King, dari ilmuwan Belanda: FG.Steck, W.A dan buku-buku karangan putra daerah, seperti: Moehammad Hoesien, Mr.Hazairin, Prof.H.Abd.Siddik dan H.Kardiman, SH,M.Si.

Bicara soal sejarah dan asal usul leluhur suku Rejang dewasa ini masih simpang siur, ada yang mengatakan dari Pagarruyung, dari Mojopahit, Serawak, sabah, ada juga yang mengatakan dari Suku Dayak, bahkan ada yang lebih ekstrim lagi mengatakan leluhur suku Rejang berasal dari “guguak” atau “tun smindang” yaitu orang yang tidak berbapak tidak beribu dan tidak berpusar.

Dalam penggalian dan penelusuran kami yang dimulai sejak Juli 2008, hingga Agustus 2011 banyak cerita lama yang menarik yang dapat dihubungkan dengan fakta-fakta fisik yang masih ada, seperti ada yang mengatakan bahwa leluhur suku Rejang berasal dari Mongolia, Cina Utara.

Sejarah suku bangsa Rejang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sejarah Rejang Purba dan sejarah Rejang Modern.Sejarah Rejang Purba dimulai dari masa kedatangan kelompok bangsa Mongolia di Bintunan Bengkulu Utara pada tahun 2090 SM hingga sebelum kedatangan para Ajai di pertengahan abad ke 14 masehi.Sejarah Rejang Modern dimulai dari masa kedatangan dan kepemimpinan para”Ajai” di Renah Skalawi ( 1348) hingga sekarang.

Disebut Rejang Purba karena dalam kurun waktu 2090 SM hingga pertengahan abad-14 M itu kehidupan suku Rejang masih sangat primitif, hidup selalu berpindah-pindah( nomaden) dar satu tempa ke tempat lain dimana tempat yang dapat memberi merek kehidupan.Kemudian mereka mulai hidup menetap dalam kelompok masyarakat “kumunal” di pedalaman hutan rimba yang tertutup dunia luar, peralatan hidup teknologi yang masih sangat sederhana, mereka penganut animisme.

Sejarah rejang modern ditandai dengan masuknya para Ajai ( Sutan Gagu alias Ninik Bisu dan Zein Hadirsyah alias Tiea Keteko) pada pertengahan abad ke -14 yang membawa perubahan pada pola kehidupan masyarakat suku Rejang, mereka mulai mengenal sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan sistem religi.

Menurut sejrah, semua orang rejang yang bertebaran itu berasal dari pinang Belapis, Renah Skalawi yang kini disebut Lebong.Mereka adalah anak keturunan Rhe Jang Hyang dari bangsa Mongol, cina Utara.Kira -kira 4100 tahun yang lalu atau sekitar 2090 SM, Rhe jang Hyang bersama dengan kelompoknya mendarat di pantai Slolong, daerah Bintunan, Bengkulu Utara, sekarang, ketika itu Sumatera masih bernama Swarnadwiva.

Setelah bertahun-tahun hidup merejang di dalam hutan, akhirnya mereka mulai hidup menetap dan mereka mendirikan sebuah perkampungan yang diberi nama ” Kutai Nuak”, di daerah utara NapalPutih, perbatasan antara Kabupaten Lebong dan Bengkulu Utara sekarang, tetapi masih merupakan kelompok masyarakat “kumunal” dalam arti, setiap anggotanya belum mempunyai hak milik perorangan.

Kutai Nuak hanya bertahan selama 5 “masa”, atau selama 50 tahun saja ( 2083-2033 SM), kemudian pada tahun 2032 SM Kutai Nuak dipindahkan oleh Rhe Jang Hyang ke Pinang  Belapis, suatu daerah yang luas dan subur yang terletak anar kabupaten Lebong dengan Kerinci, sekarang Rhe Jang Hyang, yang masih mempunyai garis keturunan yag sama dengan leluhur Kubilai Khan it melanjutkan kepemimpinannya di Kutai Pinang Belapis selama 35 tahun.Beliau meninggal dunia ( raib) pada tahun 1996 SM dalam usia 120 tahun.

Suto Dae Eng, anak cucu Rhe Jang Hyang dari istri kedua, diangkat menjadi ketua Pinang Belapis pada usia relatif muda, maka pada masa kepemimpinan Suto Dae Eng di Pinang Belapis banyak sekali terjadi musibah, huru hara, dan ditambahdengan kebijakannya yang dianggap keras, Suto Dae Eng tidak disukai oleh masyarakat Pinang Belapis, dan Suto diminta untuk mengundurkan diri.Suto Dae Eng memimpin Kutai Pingan Belapis hanya selama 20 tahun ( 1925-1905 SM).

Masa kepemimpinan 20 tahun itu dianggap terlalu singkat oleh Suto Dae Eng.Suto Dae Eng menjadi orang pemberontak, pemarah, dan dia tidak bisa terima diperlakukan seperti itu, dan akhirnya bersama kelompoknya beliau pergi meninggalkan Pinang Belapis dengan tujuan Kalimantan. Suto Dae Eng meninggal dunia pada tahun 1827 SM di Sulawesi Selatan, sekarang, dalam usia 123 tahun. Dengan disuruh mundurnya Suto Dae Eng maka mulailah tumbuh benih-benih keretakan dalam masyarakat Rejang di Pinang Belapis.

Selanjutnya, pada masa kepemimpinan Denay Kaey Lian, gelar: Ratu Agung ( 338-410 M) adalah merupakan masa kehancuran Kerajaan Pinang Belapis, karena rakyat Pinang Belapis mengalami krisis kepemimpinan, orang yang tepat untuk menggantikan Ratu Agung tidak ada, raja yang baru harus dipilih oleh rakyat Pinang Belapis sendiri.

Oleh karena banyaknya orang yang ingin jadi raja di Pinang Belapis maka terjadilah perselisihan pendapat dan kehendak. Untuk mengatasi perselisihan itu, maka diambillah kesepakatan bersama bahwa mereka sama-sama harus meninggalkan Pinang Belapis, dan masing-masing kelompok mencari daerah baru untuk dibuka dan dibangun sebagai perkampungan baru. Pada masa itu terjadi lagi perpecahan masyarakat Rejang di Pinang Belapis, dan pada masa itu pula merupakan masa penyebaran orang-orang Rejang ke daerah lain di luar Renah Skalawi.

Menurut para ahli sejarah, suku Rejang secara geografis digolongkan ke dalam kelompok suku bangsa Melayu, sedangkan bahasa Rejang dihipotesiskan mempunyai kekerabatan dengan bahasa Polynesia Purba di wilayah pasifik.

Dalam kenyataannya, orang-orang Rejang tiak pernah mengakui bahwa mereka itu bagian dari suku bangsa Melayu, meskipun mereka tidak pernah menyangkal, tetapi setiap ditanya apakah anda orang Malay? tentu jawab mereka: “tidak, kami orang huluan” adalah orang yang berasal dari hulu-hulu sungai, yaitu ” orang Rejang”.

Read Full Post »

editor.com

jangan pernah takut untuk mencoba

Doa hamba diwaktu subuh

semua doa adalah tujuanku

cerita si nina

here and now, i only have words to tell you!

backpackology.me

An Indonesian family backpacker, been to 25+ countries as a family. Yogyakarta native, now living in Crawley, UK. Author of several traveling books and travelogue. Owner of OmahSelo Family Guest House Jogja. Strongly support family traveling with kids.

phdmamaindonesia

stories of womanhood and ideas for Indonesia

pacarkecilku

"Jika kau punya cerita, bagilah dengan kata-kata. Jika kau punya kerinduan, kenanglah dengan pertemuan"

blog belalang cerewet

berbagi inspirasi, menguatkan harapan

liandamarta.com

A Personal Blog of Lianda Marta

Wiwin Hendriani

Berbagi Karya, Berbagi Cerita

YSalma

Jejak Mata, Rasa dan Pikiran

Fitri Ariyanti's Blog

Mengolah Rasa, Menebar Makna

Oerleebook's Situs

Kumpulan data-data artikel menarik, inovatip, mendidik. dari berbagai sumber